Jumat, 09 Desember 2011

PHOTOGRAPHY BENCHMARK REDEFINED



Fotografi erat hubungannya dengan trend dan perubahan. Esensi fotografi sebagai media perekam kehidupan tentunya juga bergantung pada kehidupan yang terus berubah itu sendiri. Ketika object foto selalu “bergerak” mengikuti berubahnya kehidupan, trend dan gaya hidup maka gaya fotografi pun sangat berubah.
Jika kita buka-buka buku yang mengisahkan sejarah fotografi, maka terlihat jelas betapa gaya berfotografi pun terus berkembang, walaupun terkadang masih ada pengaruh dari gaya yang terdahulu. Segala sesuatunya mungkin memang harus berubah. Ilmuwan-ilmuwan dunia mulai dari bidang teknologi informasi, biologi, kimia, ekonomi, bisnis, marketing, komunikasi sepakat bahwa perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan oleh siapapun, dan pastinya juga bagi fotografi.
Yang menyedihkan adalah ketika kita melihat bakat-bakat muda yang tidak memiliki identitas. Pola pikirnya adalah pola pikir tua. Mentalitasnya adalah mentalitas post power sindrom, hanya penampilannya saja yang muda. Bagaikansebuah produk elektronik rekondisi,barang bekas yang didandani agar terlihat muda dan baru.
Indonesia sebagai Negara yang tradisi dan sejarah fotografi yang belum panjang,
dan semakin tidak panjang ketika budaya mendokumentasikan sejarah tidak diberdayakan, menjadi ladang di mana regenerasi berjalan secara semu. Manusia-manusia muda dengan ketertarikan terhadap fotografi masih minim untuk bersuara dan menunjukkan warna dan identitasnya.  

Banyak dari kaum muda kita yang berdiri di bawah ketiak senior kita, mendewakannya, menjadikannya
panutan dan sayangnya terlalu banyak mengekor padanya. Akhirnya seperti barang rekondisi, wajah-wajah muda dengan penampilan masa kini namun selera berfotografi yang begitu tua.


Melihat foto-foto karya fotografer muda yang bisa ditemui di blog, situs jejaring social, serta pameran-pameran foto bagaikan melihat album foto usang di mana foto-foto yang terpajang
masih kental oleh warna dan gaya berfotografi mereka yang sudah tua, yang sudah purnabakti.
Sebagian memilih untuk maklum, karena sejarah fotografi Indonesia yang masih pendek, masih pagi. Sehingga kaum muda yang berani melakukan “pemberontakan” dengan suara dan nafas segar kaum muda belum nampak.
Sebagian besar dari kita yang muda masih begitu takjub, terinspirasi dan sayangnya terjebak untuk menjadi
foto copy dari mereka yang lebih senior dari kita.
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright fashiongraphers 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all